Rasa Benar Sebagai Penghibur
Di sini ada kesukaran dalam perkembangan ukuran
keempat, yakni perkembangan rasa untuk menghayati rasa orang lain. Merasa salah
itu mengandung rasa berkorban amat besar bagi rasa "merasa benar".
"Merasa benar" inilah yang menjadi gangguan dalam perkembangan ukuran
keempat dalam pergaulan.
Rasa salah ini rasanya tidak enak, sebab rasa ini
ialah rasa keinginan yang tidak tercapai, dan oleh karena itu menimbulkan rasa
susah. Bila disertai idam-idaman, maka rasa "merasa salah" ini
menjadi rasa celaka. Jadi "merasa salah" yang disertai idam-idaman
adalah rasa celaka.
Untuk menutupi rasa celaka, biasanya orang mencari pelipur
atau penghibur. Padahal celaka itu hanyalah rasa/merasa salah. Maka hiburan itu
dalam rasa hanyalah rasa "merasa benar", meskipun wujudnya
bermacam-macam.
Agar hal di atas menjadi jelas, perlu diberi contoh.
Orang yang baru saja habis berselisih dengan siapa pun, biasanya akan
membeberkannya pada teman-temannya. Pembeberan itu bermaksud mencari dukungan
supaya rasa benarnya diperkuat.
Proses rasa itu sebagai berikut: Perselisihan itu
tidak enak rasanya. Rasa tidak enak itu bersamaan dengan rasa "merasa
benar" yang disertai kegelisahan. Untuk menutupi rasa tidak enak itu,
orang mencari penghibur, dengan maksud untuk memperkuat rasa benarnya.
Jadi hiburan itu tidak lain adalah rasa bahwa dirinya
benar. Sedangkan ukuran keempat menyebabkan orang merasa salah dalam suatu
hubungan yang tidak enak. Maka berkembangnya ukuran keempat melenyapkan rasa
diri-benar dalam hubungan yang tidak enak.
Bila sebelum ukuran keempat berkembang, ada orang
mengalami kesusahan tanpa mempunyai hiburan, maka kesusahan semacam itu tentu
saja hebat. Tidak heranlah kalau orang yang susah itu lebih suka menyalahkan
para tetangganya daripada merasa diri sendiri yang salah.
Bila dalam hubungan tidak enak itu, rasa "merasa
salah" menjadi subur, timbullah rasa tidak mungkin salah yaitu "Yang
salah bukanlah aku, melainkan Kramadangsa". Rasa yang tidak bisa salah ini
senang dan bahagia.
Timbulnya rasa tidak mungkin salah, membuat orang
dapat meneliti kesalahan diri sendiri dan menghayati rasa orang lain. Dari sini
mulai terbukalah dunia rasa yang tadinya tertutup oleh kepentingan sendiri.
Dunia rasa itu baru bagi yang baru saja mengalami, maka memerlukan
penyelidikan.
Penyelidikan itu berupa penelitian proses perkembangan
rasa yang menunjukkan kesalahan diri sendiri. Dalam penyelidikan itu terdapat
dua macam rasa, yaitu rasa tidak enak karena merasa salah dan rasa enak karena
mengetahui kesalahan yang sudah "bukan aku". Jadi bahan penyelidikan
itu ialah rentetan rasa salah.
Di sini terdapat kesulitan berupa pendapat seolah-olah
ukuran keempat ini melemahkan jiwa orang-perorang. Pendapat ini keliru, karena
berkembangnya ukuran keempat terjadi setelah jiwa orang itu kuat. Dan kekuatan
jiwa orang-perorang disebabkan oleh kemajuan ukuran ketiga. Kemajuan ukuran
ketiga membuat jelas perbedaan antara diri sendiri dan orang lain.
Ada perkembangan rasa dari ukuran keempat namun tidak
disengaja, seperti yang digambarkan dengan ungkapan "Ikut-ikutan tanpa
tahu permasalahannya" (dari bhs. Jawa: "Atut
grubyug ora weruh ing rembug"). Jalan rasa di atas tanpa keinsafan dan tanpa
ukuran ketiga. Maka perkembangan rasa itu dilahirkan dari jiwa yang lemah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar