FILSAFAT RASA HIDUP
Hal. 2/5
Kebudayaan
Semua gerak
tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, didorong oleh rasa hidup dengan maksud yang
sama, yakni supaya berlangsung hidupnya dan jenisnya. Tetapi cara manusia
bergerak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya berbeda dengan tumbuh-tumbuhan dan
hewan. Cara bergerak tumbuh-tumbuhan dan hewan berlangsung tanpa pengertian,
karena mereka tidak memiliki pikiran. Sedangkan cara bergerak manusia
berlandaskan pengertian, sebab manusia memiliki pikiran. Jadi perbedaan antara
manusia dan benda hidup yang bukan manusia, hanya terletak pada kenyataan,
bahwa yang satu mempunyai pikiran, sedang yang lain tidak mempunyainya.
Jika seseorang
memakai pikirannya untuk berpikir, maka ia akan mendapat pengertian. Jumlah
pelbagai pengertiannya ini merupakan ilmu. Maka tindakan manusia untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya perlu berlandaskan ilmu, karena tanpa ilmu ia
tidak dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Benda hidup
lain, kecuali manusia, dapat bertindak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya tanpa
ilmu. Misalnya telur itik yang menetas langsung menjadi anak itik. Anak itik
itu walaupun baru sehari umurnya, bila terjun ke air sudah pandai berenang.
Sedang manusia yang belajar berenang dalam tiga bulan lamanya, masih kalah
pandainya dari anak itik. Dalam usahanya mencari makanan, anak itik tidak
pernah mendapat didikan dari induknya, namun ia tidak pernah salah menelan
pecahan kaca.
Demikianlah
tindakan hewan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dapat terlaksana tanpa
pengertian. Sebaliknya bayi berusia satu tahun, bila tidak dijaga oleh
pengasuhnya sering menelan batu kerikil, karena ia tidak mengerti. Tetapi
karena bayi itu anak manusia, seharusnyalah ia mengerti. Maka supaya tidak
bertindak keliru bayi itu perlu diawasi oleh pengasuhnya. Karena itu manusia
memerlukan pendidikan.
Jadi tindakan
hewan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya tidak bisa keliru. Seekor kucing tidak
pernah keliru menerkam ketimun, sedang manusia bisa salah menelan asap
tembakau. Kambing tidak pernah menggantung diri, tetapi manusia acapkali
menggantung diri. Hewan tidak pernah menyimpang dari maksud tujuan gerak hidup,
tetapi manusia bisa menyimpang dari maksud tujuan gerak hidup.
Dari itu bila
manusia bertindak tanpa ilmu pengetahuan, maksud tujuan tindakannya tidak akan
tercapai. Umpamanya orang menanak nasi, bila tanpa pengetahuan, berasnya tidak
bisa menjadi nasi. Bagi manusia, ilmu pengetahuan ialah syarat mutlak untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya.
Dalam
masyarakat terdapat banyak ilmu pengetahuan guna mencukupi kebutuhan masyarakat
dan perorangan. Macam-macam ilmu itu ialah ilmu pertanian, peternakan,
pertukangan, sosial, ekonomi, perkawinan, politik, filsafat, ilmu jiwa dan
sebagainya. Jumlah semua ilmu yang ada di masyarakat itu dinamakan kebudayaan.
Dengan semua
ilmu itu, lahirlah barang-barang buatan manusia, sebagai alat untuk mencukupi
kebutuhan hidupnya. Karena pikiran bila diolah bisa mengalami kemajuan, maka
cara manusia untuk mewujudkan barang-barang bisa mengalami kemajuan juga.
Dalam usaha
memenuhi kebutuhan makan, manusia mula-mula mengambil hasil hutan dan memburu
hewan, kemudian maju dengan bercocok tanam dan memelihara ternak. Demikian pula
dalam hal pakaian, dari hanya memakai kulit kayu atau kulit hewan yang
diikatkan pada badannya, kemudian maju memintal benang dan menenun kain. Dalam
hal tempat tinggal, dari hanya berdiam di gua, kemudian maju membuat rumah
bambu, rumah kayu, rumah gedung dan seterusnya.
Sebaliknya
karena hewan tidak mempunyai pikiran, maka alat-alatnya tidak mengalami
kemajuan. Misalnya pembuatan sarang burung tempua (manyar). Walaupun sarang itu
indah mungil, tetapi seratus tahun yang lampau dan seratus tahun yang akan
datang, sarang itu tetap serupa. Ada sejenis hewan yang dianggap lebih maju
dari jenis lainnya, tetapi karena alat-alat jenis hewan ini pun tidak mengalami
kemajuan, maka apa yang dihasilkan oleh hewan ini tiada pula mengalami
kemajuan.
Ada lagi
perbedaan antara manusia dan hewan, yakni dalam bidang kesenian. Manusia
membutuhkan keindahan yang dirasakan melalui pancainderanya. Kebutuhan tadi
diwujudkan dalam bentuk barang yang dapat memenuhi kebutuhan jiwa melalui
pancaindera. Barang itu berwujud pelbagai macam seni rupa, seni bangunan, seni
gerak dan seni tari yang indah, seni suara, dan macam-macam seni lainnya yang
dapat dinikmati melalui hidung, lidah dan alat peraba.
Ada lagi
perbedaan antara manusia dan hewan dalam hal rasa, yang disebabkan ada dan
tidak adanya pikiran. Hewan hanya mempunyai rasa senang dan susah, tetapi tidak
mempunyai rasa bahagia dan derita. Sedang manusia, selain mempunyai senang dan
susah, juga mempunyai rasa bahagia dan derita. Karena manusia mempunyai
pikiran, maka ia mempunyai cita-cita. Bahagia bila cita-citanya tercapai dan
derita bila cita-citanya tidak tercapai.
Cita-cita
inilah yang dapat menyelewengkan tindakannya dari tujuan hidup, yaitu
kelangsungan hidup pribadinya dan jenisnya. Bila cita-citanya gagal, orang
sering bersikap nekad, bahkan bersedia untuk bunuh diri, Ini jelas bertentangan
dengan tujuan hidup. Jadi cita-cita itu menyebabkan orang tergelincir dari rel
tujuan hidup.
Apabila orang
mencita-citakan sesuatu, tetapi tidak mengerti cara bagaimana mencapainya,
sering ia berpantang tidur atau berpantang hubungan istri/suami. Padahal semua
yang dipantangnya merupakan kebutuhan hidup. Maka pantangan tadi ialah tindakan
menyimpang dari jalan tujuan hidup.
Dalam
masyarakat terdapat banyak macam ilmu untuk mencukupi kebutuhan hidup. Jumlah
ilmu itu dinamakan kebudayaan. Jadi dalam masyarakat terdapat kebudayaan.
Masyarakat
dunia terdiri dari bangsa-bangsa. Bangsa-bangsa itu mendiami tanah yang
berbeda-beda keadaannya, ada tanah datar dan ada tanah pegunungan; ada yang
hawanya dingin dan ada yang panas. Karena itu, alat-alat untuk mencukupi
kebutuhan hidup pun berbeda bagi masing-masing bangsa. Perbedaan alat-alat
itulah yang menyebabkan corak kebudayaan masing-masing bangsa berbeda-beda
pula.
Perbedaan corak
kebudayaan ini sering dipakai sebagai senjata untuk saling mengejek.
Ejek-mengejek ini kerap kali menimbulkan peperangan.
Jadi tiap-tiap
bangsa, masing-masing mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda. Ada yang
terbelakang dan ada yang maju. Pada umumnya, terbelakang atau majunya
kebudayaan suatu bangsa, digunakan sebagai ukuran bagi rendah atau tingginya
derajat bangsa itu. Maka bangsa yang tinggi kebudayaannya, dianggap tinggi
derajatnya.
Bagian-bagian
kebudayaan suatu bangsa, ada yang terbelakang dan ada yang sudah maju. Suatu
bangsa, yang cara menggarap sawahnya dengan bajak ditarik hewan, dianggap lebih
rendah daripada bangsa lain yang cara menggarap sawahnya dengan mesin. Jadi
bajak ditarik hewan, dianggap lebih rendah dari mesin, dalam arti kebudayaan.
Bangsa
yang bagian kebudayaannya rendah, dapat belajar dari bangsa lain. Sedang bangsa
yang bagian kebudayaannya tinggi, dapat menyumbang pada bangsa lain.
Demikianlah bangsa-bangsa dapat saling memperoleh faedah dalam kebudayaan, dan
ini memungkinkan terwujudnya kesejahteraan bersama lahir dan batin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar